HOS Tjokroaminoto dan Soekarno
Siang itu awan
bergumul pekat di langit kota Surabaya. Dengan ingatan seadanya saya dan teman saya mengarahkan motor ke salah satu jalan di kota ini yang terkenal dengan makam tua
belandanya. Karena baru satu kali ke jalan ini saya akhirnya bertanya ke
beberapa orang untuk memastikan jalan yang kami lewati benar. Nama jalan ini
adalah Peneleh. Jalan yang terletak di dekat tugu Pahlawan ini cukup terkenal
di kalangan pecinta fotografi karena seringkali mereka mengambil foto di makam
belanda yang siang itu suasananya tampak sedikit seram karena awan pekat dan
angin yang sedikit berhembus kencang.
Setelah cukup lama mengitari jalan ini
dan sempat tersesat salah masuk gang akhirnya kami sampai di gang bernomor VII.
Senyum puas merekah di bibir saya bak pelari sampai di garis finish karena cukup lama berputar –
putar dan akhirnya menemukan tempat yang kami tuju. Saya pun segera turun dari
motor setelah membaca tulisan semua kendaraan bermotor harus turun. Di pintu masuk
gang ini terdapat palang besi yang ditata sedemikian rupa sehingga hanya
kendaraan roda 2 yang bisa masuk. Suasana jaman kolonial belanda segera saya
rasakan ketika memasuki gang kecil ini. Betapa tidak bangunan disini masih
terjaga arsitektur aslinya. Di bangunan paling depan terdapat bangunan
bertuliskan Toko Buku Peneleh. Meskipun hanya tulisan Peneleh yang belum
terkelupas catnya, namun bangunan tersebut tetap menggambarkan bagaimana keadaan toko buku
pada jaman kolonial dahulu. Ketika saya menengok ke pintu yang sedikit terbuka
di bangunan dengan teralis kuning tersebut saya melihat seseorang sedang
menyalakan televisi. Saya pun melanjutkan langkah karena tidak ingin mengganggu
penghuni rumah menuju bangunan tujuan utama saya kesini yaitu Rumah HOS
Tjokroaminoto.
Toko Buku Peneleh |
bangunan dengan arsitek jaman kolonial belanda |
Rumah HOS Tjokroaminoto |
Berada di depan
sebuah bangunan rumah bercat putih dengan arsitektur khas rumah Joglo , rumah ini terlihat
terkuci dengan kunci yang sudah sedikit berkarat. Saya membaca papan deskripsi
tentang rumah HOS Tjokroaminoto ini. Antara bingung dan penasaran akhirnya saya
memberanikan diri bertanya kepada seorang perempuan yang sedang duduk bermain
dengan anaknya. “ Ke rumah ketua RT saja mbak , jalan ini lurus terus belok kanan
nanti disana coba tanya lagi mbak” ujarnya.
Makam mbah panjang dari Ampel |
Teman saya menunjukkan sebuah makam yang
ternyata berada tepat di depan saya tetapi saya tidak menyadarinya. Setelah
tahu itu adalah sebuah makam saya menelan ludah antara kaget dan syok. Sambil menunggu teman saya yang sedang
mendorong sepeda motor dan berjalan menuju rumah ketua RT , saya bertanya kepada
ibu muda ini kenapa ada makam di dekat rumah HOS Tjokroaminoto. Awalnya saya
mengira makam tersebut adalah makam HOS Tjokroaminoto tapi ternyata makam
tersebut adalah makam mbah panjang dari ampel yang sudah ada ratusan tahun
lalu. Dengan nisan bercat putih warga setempat tidak merasa takut ataupun
terganggu dengan adanya makam tersebut terbukti dengan ibu muda yang duduk
santai di dekat makam sambil bermain dengan anaknya.
Setelah beberapa
saat kemudian seorang pria tengah baya datang dengan membawa kunci di
tangannya. Pria tersebut tampak rapi dengan kemeja merah dan celana jeans
hitam. Senyum hangat menghiasi wajah pria berkulit sawo matang ini. Beliau
adalah ketua RT yang telah kami tunggu sejak tadi. Kemudian beliau mempersilahkan
kami masuk ke dalam rumah HOS Tjokroaminoto setelah membuka kunci pagar. Seketika
hawa panas menyeruak dari dalam rumah dan dengan segera pak Eko , nama
panggilan ketua RT gang VII Jalan Peneleh ini menyalakan kipas angin yang berada
di ruang tamu. Setelah menyalakan lampu yang tertempel di dinding beliau
menemani kami berdua berkeliling di dalam rumah. Furniture yang masih terjaga
keasliannya dan beberapa foto di dinding seperti mesin waktu yang menjadikan
suasana kembali ke jaman penjajahan.
Ketua RT yang sedang membuka pintu rumah HOS Tjokroaminoto |
keadaan di dalam rumah |
Kami tertarik
dengan tangga yang akan membawa ke lantai dua bangunan ini. Terbuat dari besi
dan berwarna hijau tangga ini terlihat begitu kokoh. Setelah minta izin ke Pak
Eko untuk naik ke lantai dua kami pun bergantian menaiki tangga ini. Setelah
sampai di tangga paling atas saya
menengok ke kanan untuk melihat kondisi ruangan. Ventilasi udara kecil yang
dibuat di dinding ternyata tidak cukup membantu menyejukkan ruangan sehingga
suasana pengap dan panas sangat terasa di sini. Ruangan ini kosong yang ada
hanya lampu dan tiang berwarna putih. Setelah puas melihat keadaan lantai dua
kami pun turun.
di dalam ruangan lantai dua
|
Kemudian pak Eko mulai bercerita tentang sejarah kediaman HOS Tjkroaminoto ini. Cerita di
mulai pada saat jaman orde baru dahulu terdapat kebijakan untuk memusnahkan semua
barang atau apapun yang berhubungan dengan Soekarno. Karena Soekarno pernah
tinggal di rumah ini untuk kos , ketua RT setempat akhirnya menjadikan rumah
bercat putih ini menjadi tempat kos agar tidak dimusnahkan dan tidak ketahuan.
Kemudian setelah
Orde Baru berakhir ada pihak yang membawa semua barang di lantai 2. Sampai
sekarang tidak diketahui siapa orang dibalik ‘pengambilan barang’ tersebut. Yang
diketahui hanya mobil pengangkut barang tersebut berjenis pick up berwarna biru
dengan plat merah.
“ Saya sampai
sekarang ndak tau mbak siapa orang yang ngambil semua barang di lantai 2 , ndak
tahu ditaruh mana , tapi kan itu semua peninggalan sejarah mbak , kalo misalkan
orang yang ngambil barang itu tau itu barang sejarah trus dijual , mahal loh
mbak itu” , ujar pria ini dengan nada agak kecewa.
Kemudian kami
melanjutkan perbincangan di ruang tengah. Ruangan ini sering dipakai untuk istilahnya
‘nongkrong’ . Jadi pada jaman dahulu tempat ini menjadi tempat berkumpulnya
para pahlawan untuk berdiskusi bersama. Rasa senang dan bangga terbesit di hati
saya. Saya sekarang berada di ruangan yang menjadi saksi bisu perjuangan para
Pahlawan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tiba-tiba atmosfer tahun
1945 berputar-putar di imajinasi saya. Dengan 4 buah kursi yang ditata melingkar , satu
meja di tengahnya dan lampu ruangan yang tergantung tepat di atas meja membuat
saya membayangkan bagaimana dulu Soekarno , HOS Tjokroaminoto , dan para
Pahlawan lain mengadakan diskusi bersama memunculkan ide – ide apa saja yang
akan mereka lakukan untuk kemerdekaan Indonesia. Meskipun hanya ruangan kecil tetapi
kenangan dan memori yang tersimpan sangat besar sekali maknanya bagi Indonesia.
Ruang tamu yang dijadikan tempat 'nongkrong' para Pahlawan dulu :)) |
Setelah bercerita
tentang bagaimana ruangan ini dulu difungsikan , pak Eko kemudian melanjutkan
cerita tentang kegiatan apa saja yang pernah dilakukan di sini. Beliau mengatakan
secara rutin dari salah satu universitas negeri di kota ini melakukan kegiatan
seperti diskusi sejarah bersama. Mereka juga mengundang beberapa tokoh sejarah
serta orang-orang yang mengerti dengan beberapa lokasi sejarah di sekitar gang
Peneleh ini. Selain universitas negeri ternyata secara rutin juga ada salah
satu sekolah dari Kota Malang yang berkunjung untuk kegiatan Study Tour tentang
sejarah.
Saya sempat ingat dulu waktu saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah
Pertama saya pernah melakukan kegiatan Study Tour jauh-jauh ke kota Malang tetapi
yang terjadi sekarang sebaliknya sekolah di kota Malang tersebut yang
berkunjung untuk melakukan Study Tour di Surabaya. Kunjungan mereka berkaitan
dengan mata pelajaran IPS yang memang seingat saya dulu ada salah satu bab yang
menceritakan tentang kisah perjuangan HOS Tjokroaminoto dan partai Sarekat
Islam. Jadi selain belajar sejarah dari buku, mereka juga mengetahui langsung
lokasi pendirian Sarekat Islam yang juga rumah dari pendirinya sendiri , HOS
Tjokroaminoto. Salah satu trik belajar yang efektif dan menyenangkan untuk
menghindari kebosanan yang sering sekali terjadi saat belajar Sejarah.
Salah satu foto yang tertempel di dinding rumah. |
Tidak terasa waktu
sudah hampir menunjukkan pukul 5 sore. Karena ada yang harus kami lakukan di
kampus akhirnya kami undur diri ke pak Eko. Kami pun mengucapkan banyak terima
kasih karena beliau sudah meluangkan waktunya untuk menemani kami yang telah
banyak sekali mendapatkan pengetahuan sejarah yang mungkin tidak akan kami
dapatkan kalau tidak berkunjung disini. Rasa syukur dan bangga terlintas di hati
saya karena masih ada segelintir orang yang peduli dengan peninggalan sejarah
Indonesia. Tinggal kita sebagai generasi muda menentukan pilihan , maukah kita
peduli dan turut membantu melestarikan peninggalan sejarah yang sangat berharga
ini , ataukah kita secara acuh melupakan dan tidak peduli lagi dengan semua peninggalan
sejarah yang diwariskan untuk kita agar kita mau belajar dan berintrospeksi
diri dengan adanya sejarah tersebut.
Saya teringat
kata-kata Bung Karno , JAS MERAH , Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah , kalau
bukan kita sebagai generasi muda lantas siapa lagi yang mau peduli?
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Bagaimana caranya kesana?
- anda bisa melihat peta dari google maps berikut :
Apa yang perlu dipersiapkan untuk kesana ?
- Uang secukupnya
- Bawa tisu atau sapu tangan untuk menyeka keringat karena sebentar lagi musim panas dan udara pasti akan sangat panas
- Kamera ( hp , pocket , dll )
Kapan waktu yang tepat waktu kesana ?
- Pagi hari sektar jam 8 - 11 dan sore hari sekitar pukul 15.00
Karena kunci rumah dibawa oleh ketua RT setempat dan biasanya saat siang istirahat lebih baik datang pada jam tersebut atau kalau ingin mengadakan janji ingin berkunjung bisa menghubungi nomer telefon pak Eko , silahkan tanya ke saya nomer telefon pak Eko di twitter @imalavins
Wah, ini kalau dari Terminal Bungur Asih naeknya apa yah, mbak? hehehe
ReplyDeleteKalo tepatnya saya kurang tau mbak soalnya saya naik motor hehe , mungkin mbak bisa naik jsp dari Terminal Bungurasih ke terminal joyoboyo atau bisa juga naik bison , nanti kalo udah nyampe di Joyoboyo nanya ke sopir angkot disana ke Jl.Peneleh naik angkot yang mana :))
DeleteTulisannya mantap banget.... Jadi penasaran pingin ke sana juga hehe. Salam kenal dari Solo :)
ReplyDeletewahh trima kasih haha ini masih proses belajar , tulisan di http://jejak-bocahilang.com/ juga keren banget hahaha :))
Deletewah ini juga ada toh, nais mba. salam kenall, semoga nanti jalan2 ke tempat sejarahnya bisa sampe ke kota lain
ReplyDelete