Tiwus, Lestari, Perfecto..
Nama yang tak asing bagi penggemar karya Dee atau Dewi
Lestari. Nama – nama tersebut adalah nama jenis kopi yang ada di salah satu
karyanya, yaitu Filosofi Kopi, sebuah cerita pendek yang telah diangkat menjadi
sebuah film (favorit saya :D).
Sebenarnya saya tak memilki ketertarikan khusus dengan kopi
sebelum akhirnya membaca karya cerita pendek Dee dan menonton filmnya. Ternyata
tiap kopi memiliki cerita sendiri yang menarik untuk disimak.
Kali ini saya berkunjung ke salah satu sudut Kota Semarang
tepatnya di Jl.Beteng 41. Tak pernah saya sangka sebelumnya saya akan
menemui Tiwus, Lestari, dan Perfecto di kedai kopi mungil tersebut.
Lestari,Tiwus, dan Perfecto |
Pertemuan saya hari itu sangat spesial pasalnya tak hanya
bertemu dengan para tokoh Filosofi Kopi namun juga bertemu dengan seorang pria
bernama Moelyono Soesilo. Siapakah Moelyono Soesilo? Jujur saya tak pernah
mengenal beliau sebelumnya namun berdasarkan cerita dari salah seorang panitia
BP2KS beliau yang kini tengah menjabat sebagai Wakil Ketua Asosiasi Eksportir
Kopi Indonesia (AEKI) Jateng adalah seorang advisor di film Filosofi Kopi.
Beliau yang menjadi penasehat pada kopi yang disajikan di
film Filosofi Kopi. Tak heran bila di kedai kopi ini dijual pula kopi-kopi
tersebut.
Moelyono Soesilo mengatakan bahwa pembangunan E-Coffee ini
tidak hanya bertujuan sebagai kedai kopi saja namun juga sebagai tempat belajar
beberapa ilmu per-kopi-an. E-Coffee sendiri sebenarnya adalah singkatan dari
Edu-Coffee.
Benar saja apa kata Moelyono Soesilo, kita dapat belajar
tentang kopi di tempat ini dimulai dari cara penyajian. Sajian kopi di kedai
ini dapat kita lihat prosesnya karena tata letak dapur kopi yang bersebelahan langsung
dengan meja pengunjung. Dengan sebuah meja yang cukup rendah, pengunjung
dapat melihat langsung pembuatan kopi, mulai dari penggilingan, penyaringan
hingga proses akhir menuangkan kopi dari teko ke cangkir-cangkir.
Saat itu ada dua barista yang sedang bekerja, seorang perempuan
dan seorang lagi laki-laki. Mereka terlihat sibuk untuk membuat kopi bagi kami
yang berjumlah sekitar dua puluhan.
Dua barista yang sedang sibuk bekerja |
Saya pun datang mendekat, melihat pembuatan kopi untuk
pertama kalinya. Barista perempuan yang berambut pendek terlihat cekatan dan
terampil saat membuatkan kami kopi. Sang barista lelaki tak kalah cekatannya
dengan berjalan mondar-mandir sambil membawa teko yang berisi kopi untuk kami
nikmati.
Saya yang masih sangat awam di dunia per-kopi-an dengan lugu
menanyakan hal yang mungkin sangat menjengkelkan bagi sang barista.
“Cara pembuatan kopinya dari awal bagaimana ya?”
Lah dari tadi saya
bikin ini ndak disimak apa dek
Saya nyimak kok tapi
kan saya gak tau kok ujuk-ujuk kopinya dilewatkan filter dan langsung bisa
diseduh, awalnya gimana ._.
Baiklah itu adalah
percakapan di imajinasi saya saja
Sang barista akhirnya menjelaskan kepada saya.
“Awalnya siapkan kopi yang baru digiling, lalu
siapkan paper filter dan basahi
kertasnya, tujuannya adalah untuk menghilangkan aroma dari kertas itu sendiri.
Lalu masukkan kopinya, kita pre-infuse
dulu istilahnya, tujuannya untuk membasahi kopi. Lalu tunggu sekitar 30 detik
hingga satu menit, kemudian tambahkan air sesuai keinginan, standar
perbandingannya sekitar 1:15,1:12, perbandingannya itu sesuai keinginan.”
Saat menunggu selama 30 detik terlihat bubuk kopi yang baru
digiling mulai bercampur dengan air lalu tetesan air mulai jatuh dari paper
filter ke dalam teko kopi. Perlahan barista mulai menuangkan air ke atas kertas filter dan kopi pun siap tersaji.
Saat saya sedang memerhatikan barista membuat kopi, Pak Moelyono
Soesilo tiba-tiba mengambil sebuah gelas dengan gelas aluminium di atasnya,
yang baru-baru ini saya ketahui itu adalah alat untuk membuat Kopi Vietnam atau
biasanya disebut Vietnam Drip.
“Mari-mari kita coba kopi Mirna,” sambil tertawa renyah
beliau mulai unjuk gigi membuat kopi vietnam yang namanya diganti dengan Kopi Mirna
(Mirna, seorang perempuan yang meninggal setelah meminum Kopi Vietnam yang
telah diberi racun sebelumnya oleh rekannya).
Perhatian saya pun beralih.
"Gue nggak pernah percaya bercanda soal kopi" |
Tangan cekatan Pak Moelyono mulai beraksi. Tak lama kemudian
cangkir pun terisi dan kopi vietnam siap tersaji.
“Imama coba ini, wenaak,” ujar salah satu teman saya yang
sedari tadi juga memerhatikan dengan lekat proses pembuatan Kopi Vietnam.
Saya pun mengambil satu gelas Kopi Mirna eh Kopi Vietnam. Jadi, ini kopi yang
menjadi minuman terakhir Mirna sebelum meninggal. Kata orang-orang Kopi Vietnam
rasanya enak dan istimewa, mari saya buktikan sendiri.
Dengan mengucap doa berharap tak ada sianida yang tercampur
di dalamnya, saya mulai meneguk perlahan Kopi Vietnam di gelas kertas berwarna
putih.
Glek ... tegukan pertama
untuk berkenalan dengan Kopi Vietnam.
Glek ... tegukan
kedua, jadi begini rasanya Kopi Vietnam.
Glek ... tegukan
ketiga, saya mulai merasakan keistimewaannya.
Glek ... tak ada
tegukan lagi,yang tersisa hanyalah bongkahan es.
Saya ketagihan dengan Kopi Vietnam yang memang istimewa
menurut saya. Ada dua rasa berbeda yang saya rasakan. Pertama, rasa pahit di
lidah saat pertama kali mulai mengecap rasa. Kedua rasa manis yang terasa
ketika sudah masuk ke dalam tenggorokan. Perpaduan yang pas antara pahit dan
manis membuat saya berkeinginan mengambil gelas kedua. Namun hmm yang lain sudah mengambil Kopi Vietnam
gak ya?
Saya melihat teman saya yang lain, mereka nampak nyaman
duduk dan bersenda gurau hanya beberapa teman saja yang berdiri mengelilingi
Pak Moelyono dengan kopi Mirna. Aihh saya
kok jadi menamai Kopi Mirna bukan Kopi Vietnam ._.
Terlihat tangan Pak Moelyono mulai beraksi lagi dengan Vietnam Drip. Sepertinya Pak Moelyono
akan membuat Kopi Mir.. eh Kopi
Vietnam lagi :D Saya pun bersabar menunggu untuk gelas kedua.
Tak butuh waktu lama untuk Pak Moelyono membuatnya, kemudian
sedikit demi sedikit beliau menuangkan cangkir beling yang berisi Kopi Vietnam
penuh ke dalam gelas kertas yang masih kosong.
Lalu setelah saya yakin tak ada lagi yang mengambil Kopi
Vietnam yang terhidang di meja aluminium barista saya mengambil gelas kedua.
Kali ini saya akan meneguk dengan pelan, batin saya.
Namun sama seperti gelas pertama, setelah berupaya
memelankan tegukan tetap saja dengan tiga tegukan isi dalam gelas langsung
habis seketika.
Rasanya memang istimewa, pantas saja kalau banyak yang suka
dan menjadikannya kopi favorit, termasuk saya :D
Total tiga gelas yang sudah saya habiskan di kedai ini. Satu
gelas kopi hitam yang rasanya sangat asam (karena saya sengaja tak menambahkan
gula ke dalamnya) serta dua gelas Kopi Vietnam dengan perpaduan pas antara
pahit dan manis yang dibuat langsung oleh Pak Moelyono.
Ketiga gelas kopi tadi memiliki kesamaan rasa yaitu pahit yang
melekat dalam indera pengecap saya. Rasa yang tak akan pernah hilang dari si
kopi sendiri.
Entah mantra magis apa yang diucap oleh sang barista dan Pak
Moelyono hingga detik ini saya tak bisa melupakan rasa pahit itu..
Kopi Vietnam buatan Pak Moelyono Soesilo |
Informasi selengkapnya:
Instragram ecoffee : E-Coffee
---
Tulisan ini dibuat dalam kegiatan famtrip #SemarangHebat yang dilaksanakan oleh Badan Promosi Pariwisata Kota Semarang (BP2KS).
Baca tulisan teman-teman saya yang lainnya ya :)
Atanasia Rian : Bermain Tubing di Desa Wisata Kandri
Rico Traveling : Dari Sam Poo Kong ke Tay Kak Sie
Leonard Anthony : Jelajah Malam di Lawang Sewu
Eka Situmorang-Sir : Semarang Night Carnival 2016
Taufan Gio : Semarang Hebat Culinary Heritage
Danan Wahyu : Dongeng Rasa di Restoran Semarang
Imama : Hantaman Jeram Kali Kreo
Titi : Warak Ngendok
Luhde : Kisah Dibalik Kuliner Semarang
Koper Traveler : Trending Topik Semarang Hebat Part 2
Albert Ghana : Photo Stories Semarang Night Carnival
Budiono Sukses : Keseruan Semarang Night Carnival 2016
Virus Traveling : Seru-seruan River Tubing di Kali Kreo Semarang
Wira Nurmansyah : Photo Essay : Semarang Night Carnival
Mas Budi : Keseruan Semarang Night Carnival 2016Wira Nurmansyah : Photo Essay : Semarang Night Carnival
kopi tubruk bikinan pak mul juga enak lho. kmrn aku minta dibikinin kopi tubruk dengan cara yang bener, yaitu diperem dulu sebelum diaduk2
ReplyDeletepak mul emang jagoan urusan kopi yaa mas :D
DeleteSaya juga suka kopi, tapi kalau ditambahkan susu dan gula. Hehehe..
ReplyDeletefavorit di lidah saya tetap kopi gayo dari aceh. Nikmat!!
wah saya belum coba kopi gayo aceh ._.
DeleteHiks aku nggak suka kopi, paling banter cuma menikmati kopi instan dingin yang dijual di minimarket. Kalau menikmati bener-bener belum bisa dan nggak ngerti hehe. Kadang kalau habis minum kopi suka keringat dingin dan gemetar lemes :(
ReplyDeletewaduh kenopo iku mas? tapi tiap orang emang beda-beda sih yaaaa ._. udah pernah coba kopi vietnam?kalo kopi item pekat aku juga kurang suka,asam banget soalnya hmmm
DeleteAku suka kopi arabica
ReplyDeletekebetulan saya punya temen seorang barista, jdi klo pengen kopi yg aneh2 tinggal kekos dia dan dgn sedikit pemaksaan maka terhidanglah segelas kopi yg ciamik.. btw sepertinya saya harus mencoba kopi vietnamnya.. :D
ReplyDeleteasik dong mas punya temen barista :D
Deletemonggo dicoba :))
tadinya ngantuk pas liat kopi langsung seger haha padahal baru liat blom minum :D
ReplyDelete