Jalanan berliku dan menanjak di Gunungpati saya akhiri dengan berhentinya bus di depan rumah salah seorang warga. Ternyata kami sudah ditunggu dan segera disambut oleh mereka. Mulanya kami saling bersalaman sambil mengucap salam selamat datang. Adanya dua warga yang konon menjadi ikon Kampung Malon ini menambah semarak proses penyambutan. Masing-masing dari kami, rombongan dari famtrip semarang hebat, bergantian untuk berfoto dengan ikon kampung tersebut.
Sambil asyik berfoto dengan ikon kampung malon kami dipersilahkan
untuk mencicipi suguhan khas yaitu wedang malon. Wedang ini ternyata minuman khas Kampung Malon yang terdiri dari
rempah-rempah seperti kapulaga, jahe, pandan, jeruk purut, kayu
manis, dan gula aren. Air hasil rebusan ini kemudian ditaburi irisan
kelapa muda. Ketika masuk melewati tenggorokan, rasa hangat langsung
menjalar ke seluruh badan. Kalau diminum saat hujan atau udara dingin
sangat pas sekali
lah wedang satu ini.
Setelah puas mencicipi minuman khas kampung malon, kami diajak untuk
pergi ke kelompok batik yang ada di kampung ini. Ada beberapa
kelompok batik yaitu Zie Batik, Batik Kristal, Batik Citra, Batik
Delima, Salma Batik, dan Batik Manggis.
Dulu di sini mayoritas penduduknya adalah petani. Namun saat ini
batik menjadi ikon atau unggulan di Kampung Alam Malon. Batik di sini
memiliki ciri khas dari motifnya yaitu Semarangan serta motif yang
ada di lingkungan sekitar kampung. Selain itu hal menarik lainnya
adalah digunakannya warna alami pada pembuatan batik.
|
Bahan pewarna alami biru dari warna pasta indigo, jelawe, dan tingi. |
Warna alami ini didapat dari apa yang ada di sekitar lingkungan
warga, seperti
Indigofera penghasil warna biru, Tingi untuk warna
cokelat muda yang berasal dari kulit kayunya, dan Jelawe (
Terminalia jewelica) untuk warna kuning. Bahan-bahan ini
didapatkan dari tanaman yang memang sengaja ditanam sendiri oleh
mereka. Ketika kami diajak ke kebun yang berada tak jauh dari salah
satu pengerajin yaitu Zie Batik, kami melihat hamparan tumbuhan
Indigofera di salah satu petak.
|
Perjalanan menuju kebun |
|
Indigofera |
Saya pun bertanya-tanya bagaimana caranya dari tumbuhan berwarna
hijau ini didapatkan warna biru indigo yang begitu khas dan
berkarakter.
Ternyata untuk mendapatkan warna indigo tersebut harus melalui
beberapa tahapan seperti pengambilan daun yang dianggap sudah cukup
“berumur”, lalu proses perebusan, kemudian dilanjutkan dengan
proses lainnya seperti fermentasi dan masih banyak lagi.
|
Kira-kira seperti ini ilustrasi prosesnya ~ |
Proses yang cukup panjang ini memang terlihat begitu melelahkan lalu
mengapa tetap menggunakan pewarna alami dari alam sekitar?
Warna-warna sintetis atau buatan umumnya memang harganya lebih murah
dan warnanya lebih mencolok dan bervariasi namun di sisi lain
warna-warna buatan tersebut memiliki dampak terhadap lingkungan yang
cukup serius seperti pencemaran lingkungan dan menimbulkan gangguan
berbagai penyakit kulit.
Memang jika dilihat dari harga pasti ada perbedaan antara alami dan
buatan namun dari sisi dampak warna alami lebih aman digunakan serta
memiliki ciri khas dan karakter sendiri dibandingkan dengan warna
buatan.
Saat ini Zie Batik tidak hanya memproduksi batik saja namun juga
sudah mempersiapkan untuk menjadi produsen pasta warna indigo karena
setelah dibandingkan dengan warna indigo hasil produsen lain, warna
indigo Zie Batik ini tidak kalah bagusnya.
|
Batik yang akan dijemur |
|
Seorang pegawai Zie Batik sedang mengecek batik yang sedang dijemur |
Setelah berkunjung dan belajar tentang warna alami untuk batik, kami
diajak untuk bermain bersama di Taman Nyai SekarWangi dan Pendapa Sunan Kali Jaga. Di salah satu sudut kampung
disediakan tempat untuk mengenang kembali ragam dolanan yang masih
“alami” belum tersentuh kemajuan era teknologi. Jegog Lesung dan
Egrang pun akhirnya menjadi tontonan dan mesin waktu bagi saya yang tidak terasa sudah makin sepuh
ini hehe.
|
Jegog Lesung |
|
Egrang |
Kalau berbicara limbah, sepertinya tetep harus dikaji sih ini meskipun dari bahan alami.
ReplyDeleteHai, Ima. Apa kabar? Minal aidzin wal faidzin ya...Aku lega akhirnya masih ada yang aktif blog di blogspot setelah 3 tahun aku ga buka blogspot. hehehe.... :)
ReplyDelete